Rantau Prapat merupakan ibukota Kabupaten Labuhanbatu, Sumatera Utara, Indonesia. Sejarah kota ini tidak terlepas dari peranan sungai yang membelah kota ini yaitu Sei Bilah ( Aek Bila ). Dahulunya kota ini berada di bawah kekuasaan sultan Bilah. Dan dikuasai belanda pada tahun 1832. Namun kepastiannya belum tepat. Kota ini di kuasai oleh jepang pada tahun 1943 dan di serahkan kepada indonesia setelah proklamasi kemerdekaan (17/08/45) oleh Soekarno-Hatta. 

Nama Rantauprapat sendiri di kalangan masyarakatnya kurang di pakai, karena nama "RANTO" lah yang digunakan dalam bahasa sehari-hari mereka.

Rantau Prapat dilintasi oleh Jalan Raya Lintas Sumatera. Dan jalur rel kereta api. Rantau Prapat juga merupakan kelurahan di kecamatan Rantau Utara.

Status Rantau Prapat yang sebelumnya adalah kota administratif dihapuskan pada tahun 2003 menjadi kota kecamatan biasa karena tidak memenuhi persyaratan peningkatan daerah otonom.

Rantau Prapat dilalui sungai besar yang bernama Sungai Bilah. Dalu, sungai bilah adalah sarana transportasi penting di daerah ini karena sebelum kedatangan belanda jalur darat masih sukar di lalui untuk masuk ke kota ini.

Kota ini memiliki beberapa tempat yang indah untuk di kunjungi, diantaranya ada Airterjun Baru, Wisata alam Aek Janji, Mata kucing, Sikopi-kopi, dan juga ada tempat pendakian yang sangat terkenal di kalangan masyarakat Labuhan Batu yaitu puncak Tor Pisang Mata. 
Tempat perbelanjaan seperti Suzuya Plaza, Suzuya Rantauprapat Mall, Brastagi Supermarker merupakan tempat pilihan masyarakat untuk berbelanja.

Menuju ke kota ini bisa dengan Kereta Api dari Kota Medan, dengan jarak tempuh 6,5 jam. Kereta api yang biasanya melayani rute Medan-Rantauprapat dan sebaliknya adalah Kereta api Sri Bilah. Dan juga dapat di tempuh dengan Bus ALS (bus yang beroprasi), Taxi, dan alat transportasi darat lainnya.


Rantau Prapat merupakan ibukota Kabupaten Labuhanbatu akan dinaikkan menjadi kotamadya. Kecamatan yang mungkin bergabung ke dalam kota ini meliputi :

1.Rantau Selatan
2.Rantau Utara